BERITABEKASI.CO.ID, BEKASI SELATAN – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Bekasi menggelar Focus Group Discussion (FGD) para Pemuka Agama dengan Pemerintah Kota Bekasi di Hotel Horison Bekasi, Kamis (20/11/2014).
Pemuka agama dan tokoh agama yang dihadirkan kali ini berasal dari agama non muslim. Sebelumnya FGD juga telah dilakukan untuk para pemuka agama Islam. Narasumber yang dihadirkan berasal dari pusat kerukunan beragama kementerian agama Jakarta dan juga Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama.
Wakil Walikota Bekasi Ahmad Syaikhu mengapresiasi kegiatan silaturahmi dan diskusi antara pemerintah dengan pemuka agama, organisasi keagamaan dan tokoh masyarakat sebagai upaya bersama mewujudkan visi Kota Bekasi yang Ihsan, dan juga fokus kebersamaan ini tentang bagaimana meningkatkan sikap toleransi antar umat beragama di Kota Bekasi.
“Untuk mewujudkan Bekasi yang Ihsan, maknanya harmonisasi didalam kehidupan kita. Dan kuncinya pada pemuka agama dan tokoh masyarakat di Kota Bekasi dan pemerintah daerah ini yang mampu menghidupkan kembali toleransi dalam keberagaman kepada generasi penerus,” ungkapnya dihadapan puluhan para tokoh agama dan organisasi keagamaan.
Ahmad Syaikhu melanjutkan bahwa Keberagaman yang ada di Kota Bekasi merupakan fakta yang tidak bisa dipungkiri. Baik keberagaman atau pluralisme dalam hal agama, budaya, seni dan asal daerah. Dengan keberagaman tersebut menurutnya Kota Bekasi semakin kaya dengan berbagai kemajemukan yang dimiliki. Selain itu, dengan kebersamaan menurutnya bisa menyelesaikan persoalan dan meminimalisir perbedaan sehingga tidak menjadi faktor yang justru memperuncing masalah.
“Kita ingin kearifan lokal yang kita miliki bisa menumbuh kembangkan nilai kebersamaan yang tertuang dalam nilai-nilai Pancasila. Dan bila hal itu terwujud menjadi pemersatu kita menegakkan NKRI,” harap politisi PKS ini.
Ia menambahkan bahwa kerabat keluarga Tokoh Nasional asal Bekasi, KH Noer Ali, pun pernah menceritakan bagaimana sikap toleransi dan rasa saling menghormati juga telah ditunjukkan para pendahulu. Untuk itu, sikap tersebut harus dijaga dan dilakukan untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
“Menurut cerita kerabat KH Noer Ali, Beliau dibantu untuk sekolah keluar negeri oleh orang yang beragama non muslim. Ini hanya salah satu hal kecil dalam bentuk toleransi yang telah dilakukan pendahulu kita,” tambahnya.
Ia pun menambahkan sikap toleransi antar umat juga bisa dilakukan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Misalnya kata dia, kegiatan bersama dalam membantu korban bencana alam atau banjir yang baru terjadi di beberapa wilayah di Kota Bekasi. Ia pun berharap nantinya masyarakat beragama muslim dan non muslim mampu berbaur dalam kegiatan sosial seperti posko bantuan dan lain-lainnya.
“Selain membantu saudara kita yang terkena bencana, dengan ini, kita bisa lebih toleran dan menghindari sikap berburuk sangka. Saya yakin walaupun secara perlahan bisa menyatukan kita dalam keberagaman,” pungkasnya. (HMS/goeng)