Wajar Jika Bekasi Di Bully

Bermunculan 'meme' lucu yang mem-bully Bekasi
Bermunculan ‘meme’ lucu yang mem-bully Bekasi

BERITABEKASI.CO.ID, KOTA BEKASI – Wali Kota Bekasi Rahmat Effendy, menegaskan candaan terkait permasalahan Kota Bekasi, Jawa Barat yang beredar di media sosial, dianggap sebagai kritikan untuk mengevaluasi kinerja para aparatur pemerintah kota setempat.
“Kita ingin meluruskan, kepada saudara-saudara, kolega dan teman, yang mengatakan Kota Bekasi belum siap menjadi kota metropolitan. Ukuran (menjadi kota metropolitan) sudah jelas, jumlah penduduk, proses pembangunan infrastruktur, kita tidak bisa mengandalkan pertanian karena tidak memiliki sumber daya alam sehingga kita mempersiapkan Kota Bekasi sebagai kota jasa dan perdagangan. Kita sudah persiapkan untuk pembangunan semua itu,” ujar Rahmat Effendy, usai apel pagi, Senin (13/10/2014).
Dia melanjutkan, ilustrasi yang menggambarkan seolah-olah Kota Bekasi jauh di planet lain, diartikan sebagai kemacetan yang kerap terjadi di Kota Bekasi.
“Itu karena kemacetan, luas Kota Bekasi hanya 21 ribu hektare dengan pembangunan yang pesat. Udara panas memang terjadi dimana-mana bukan hanya di Kota Bekasi,” sambung Rahmat.
Dia melanjutkan, di Kota Bekasi pemenuhan ruang terbuka hijau (RTH) baru sekitar 13 persen. “RTH kita baru 13 persen yang merupakan ruang publik dan privat. Kita imbau juga ke pemilik rumah, jangan membangun seluruh lahannya untuk bangunan sehingga tidak ada ruang terbuka di rumah tersebut,” ungkapnya.
Rahmat mengatakan, dalam pembangunan yang pertama kali diperhatikan adalah RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah). “Membangun mal atau apartemen, sebelum proses perizinan keluar kita perhatikan RTRW terlebih dahulu. Ternyata, ada masyarakat yang tidak setuju bukan karena tata ruangnya tapi karena komunikasinya kurang sampai kepada masyarakat,” katanya.
Kritikan itu, kata Rahmat, bagian dari evaluasi untuk memperbaiki diri sendiri sebagai aparatur dan pejabat publik.
Sementara itu Ketua Lingkar Kajian Strategis Mahasiswa Bekasi, Farid Hardiman menganggap wajar atas “bully” yang dilakukan oleh netizen.
Karena memang selama ini Bekasi sudah terlanjur dinilai lamban seperti lamban dalam memperbaiki jalan rusak dan berlubang, lamban dalam penanganan banjir tapi sangat cepat saat pemberian ijin pembangunan pusat perbelanjaan, apartemen dan hotel tanpa memperhatikan ruang terbuka hijau yang kian tergerus pembangunan.
“Wajar jika Bekasi di “bully”, Stigma Jalan rusak karena lamban dalam dan pembiaran infrastruktur yang rusak oleh pemerintah daerah sudah terlalu melekat dibenak masyarakat, bahkan kerap memakan korban jiwa,” ujarnya.
Pemerintah Kota Bekasi lanjut Farid harus segera berbenah diri dalam menyikapi minimnya ruang terbuka hijau dan kualitas infrastruktur jalan di Bekasi.
“Pemerintah harus segera berbenah, kebutuhan ruang terbuka hijau harus terpenuhi, jangan asal kasih ijin saja tetapi lingkungan tidak dijaga kelestariannya,” pungkasnya.
Seperti diketahui bersama belakangan ini, Kota Bekasi menjadi bahan candaan di media sosial. Berawal dari keluhan akan kota yang panas, serta kemacetan yang kerap terjadi di setiap jalanan kota.
Kemacetan panjang ini membuat jarak yang seharusnya dekat menjadi jauh bahkan membutuhkan waktu yang berjam-jam untuk menembus kemacetan.
Masyarakat menyuarakan apa yang menjadi keluhan mereka. Aspirasi yang disampaikan lewat media sosial itu sebagai bentuk kritikan agar kota yang dihuninya menjadi lebih manusiawi dan kepala daerah melakukan sesuatu yang diinginkan oleh masyarakatnya. (wok)