Sektor Agribisnis Bantu Solusi Cegah Petani Nganggur

Kabid Agribisnis Dispera Kota BekasiAnie Mariyam

BEKASI TIMUR, BENews – Lahan persawahan di Kota Bekasi yang kini tinggal sekitar 450 ha, semakin lama akan habis terkikis oleh industri dan hunian. Kepala Bidang Agribisnis Dinas Perekonomian Kota Bekasi, Anie Mariyam mengatakan hal tersebut, Kamis (27/3).
“Dari sekitar 450 hektar lahan persawahan tersebut, sebagian besar bukan milik petani, tapi sudah dijual kepada pengembang,” tutur Anie di ruang kerjanya kepada Bekasi Ekspres News.
Para petani sawah, kata Anie, hanya sebagai penggarap saja, dan sawah yang digarapnya milik pengembang, yang setiap saat bisa dialih fungsikan menjadi industri atau perumahan. “Pengembang tersebut saat bisa saja merubah sawahnya menjadi bangunan perumahan atau pabrik, yang pada akhirnya sawah dan petaninya akan semakin terkikis,” ujarnya.
Dampak jika hal tersebut terjadi, menurut Anie, maka petani akan kehilangan mata pencahariannya, sehingga menambah angka perngangguran di Kota Bekasi. Untuk mengantisipasi hal itu, ia menjelaskan, Pemerintah Kota Bekasi melalui Agribisnis Dispera, melakukan sudah mempersiapkan berbagai upaya memberikan lahan pekerjaan kepada petani-petani tersebut.
“Pemerintah Kota Bekasi melalui Bidang Agribisnis Dispera melakukan upaya untuk mengantisipasi agar petani tetap mempunyai mata pencaharian, meskipun sawah tidak ada,” katanya.
Upaya tersebut, diterangkannya, antara lain dengan memberikan berbagai penyuluhan pengolahan hasil atau produktifitas tanaman yang tidak memerlukan lahan. Misalnya ia mencontohkan, pengolahan kripik singkong, kripik kentang, makanan berbahan dari jamur dan sebagainya.
“Selain itu, kami juga memberikan penyuluhan dan pelatihan tanaman produktif yang tidak memerlukan lahan luas, misalnya, budidaya jamur dan budi daya tanaman yang tumbuh di lahan pekarangan,” jelasnya.
Upaya-upaya tersebut, Anie menambahkan, sudah mulai dilakukan terhadap para petani.
“Sehingga jika suatu saat nanti mereka tidak ada lahan untuk bertani, atau sawah yang biasa mereka garap sudah dialihfungsikan oleh pemiliknya, maka mereka tetap mempunyai mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya.”  Pungkas Anie Mariyam