SBY-Jokowi seolah saling sindir di Sosmed, soal pencitraan

jokowi-dan-sbyMantan presiden, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan presiden Joko Widodo (Jokowi) sama-sama aktif di sosial media. Namun, ada sebuah kejadian yang cukup menarik terjadi di kedua akun itu. Keduanya sama-sama memposting status yang berbicara seputar dengan kepemimpinan dan pencitraan.
Anehnya, waktu pembuatan kedua status tidak berbeda jauh, yakni sekitar pukul 19.00 WIB, Jumat (28/11/2014).
SBY menulis sebuah tulisan yang terdiri dari beberapa paragraf pendek. Dengan menyelipkan beberapa pribahasa.
Berikut tulisan yang dibuat SBY di akun fanpagenya pada pukul 19.00 WIB sebagaimana dikutip Tempo:
Dalam politik, pencitraan itu biasa. Tapi, jika sangat berlebihan bisa menurunkan kepercayaan rakyat. “Angkuh terbawa, tampan tertinggal” *SBY*
“Diam itu emas”, jika tidak perlu bicara, diamlah. “Bicara itu perak”, jika harus bicara, bicaralah. Tetapi bermutu & bermanfaat.
“Tong kosong nyaring bunyinya”. Akan lebih bijak jika tong yang masih kosong diisi dulu. Isilah dengan pengetahuan & pengalaman.
Permasalahan hidup, juga negara, terus datang & pergi. Yang diperlukan adalah solusi. Dapatkan solusi itu & kemudian jalankan.
Tugas pemimpin: mengatasi masalah. Pimpinlah, termasuk bekerja sama & bermusyawarah untuk mengatasi masalah. Apalagi masalah yg serius.
Selang bebarapa menit, akun Facebook Jokowi menulis sebuah tulisan yang juga berbicara tentang kepemimpinan dan pencitraan.
Berikut adalah isi tulisan akun Jokowi yang dikirim pada pukul 19.22:
Basis kepemimpinan dalam demokrasi adalah kepercayaan, dan kepercayaan itu dibangun diantaranya oleh rekam jejak, ketulusan hati dan kesungguhan dalam bekerja.
Beda antara kepemimpinan yang dipercaya dengan kepemimpinan tirani, kepemimpinan yang dipercaya diperoleh melalui kesadaran rakyat atas tujuan tujuan negara, sementara kepemimpinan tirani adalah membungkam kesadaran rakyat bisa itu dengan bayonet atau pencitraan tanpa kerja.
Dan dalam kepemimpinan saya hal paling penting adalah membangun kepercayaan rakyat dengan kesadaran penuh bahwa ada tujuan-tujuan besar negara ini menuju kemakmuran Indonesia Raya