JAKARTA – Pemerintah menunjukkan komitmennya menyelesaikan beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di beberapa kota di Indonesia.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengatakan beberap titik akan segera dirampungkan tahun ini.
“Ada empat lokasi pembangunan Pembangunan Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di 4 (empat) dari 12 (dua belas) kota yang ditargetkan akan selesai tahun ini. Keempat PLTSa itu berada di Surabaya, Jakarta, Bekasi, dan Solo,” kata Agung, Jumat (19/7)
Agung menegaskan beberapa negara maju telah memanfaatkan energi jenis ini yang didapatkan dari sampah rumah tangga maupun Industri yang sebelumnya dibuang pada tempat pembuangan sampah. Hasilnya lebih dari 400 Terra watt energi listrik dihasilkan melalui pemanfaatan sampah.
Kementerian ESDM sendiri, menurut Agung, terhitung sejak tahun 2019 hingga 2022 mendatang, berkomitmen untuk membangun 12 (dua belas) PLTSa. Ke-12 pembangkit tersebut akan mampu menghasilkan listrik hingga 234 Megawatt (MW) dari sekitar 16 ribu ton sampah per hari.
“Contoh di Surrabaya (10 MW) akan menjadi kota pertama yang mengoperasikan pembangkit listik berbasis biomassa tersebut dari volume sampah sebesar 1.500 ton/hari dengan nilai investasi sekitar 49,86 juta dollar AS,” terang Agung
Lokasi selanjutnya PLTSa kedua berada di Bekasi. PLTSa tersebut punya investasi 120 juta dollar AS dengan daya 9 MW. Sementara tiga pembangkit sampah lainnya berlokasi di Surakarta (10 MW), Palembang (20 MW) dan Denpasar (20 MW). Total investasi untuk menghasilkan setrum dari tiga lokasi yang mengelola sampah sebanyak 2.800 ton/hari sebesar 297,82 juta dollar AS.
Sisanya, DKI Jakarta sebesar 38 MW dengan investasi 345,8 juta dollar AS, Bandung (29 MW – USD 245 juta), Makassar, Manado dan Tangerang Selatan dengan masing-masing kapasitas sebesar 20 MW dan investasi yang sama, yaitu 120 j
“Semangat dari pembangunan PLTSa ini tidak hanya terletak pada urusan penyediaan listrik semata. Pemerintah bertekad membenahi manajemen sampah demi menciptakan lingkungan yang sehat,” tegas Agung.
Sebagai informasi, tempat pembuangan sampah mengandung sejumlah besar sampah organik seperti sisa makanan , kertas , textil dan sisa pembuangan halaman . Dan dari material itu bisa menghasilkan gas rumah kaca dalam jumlah yang sangat besar seperti Methana dan CO2.
Sebuah yayasan di Amerika yang bernama Environment Protection Agency (EPA) mengatakan bahwa tempat pembuangan sampah adalah sumber terbesar ke tiga manusia yang berhubungan dengan emisi gas methan di Amerika , berjumlah sekitar 17 % dari total emisi gas methan(wicak).
Dengan dikembangkannya teknologi baru , hal inoimejadi lebih masuk akal dan memungkinkan untuk pemanfaatan sejumlah besar gas methan untuk menhasilkan listrik bersih dan ramah lingkungan. Air dan kandungan CO2 yang sangat rendah dapat dihasilkan oleh proses ini.(*)