Kota Bekasi- Pemerintah pusat melalui Kementrian Tenaga Kerja mengucurkan program-program peningkatan kualitas pendidikan di pondok pesantren dengan meluncurkan program pembangunan Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) di pondok-pondok pesantren.
Program pembangunan BLKK ini terserap secara maksimal dengan dukungan dari Komisi IX DPR RI yang kemudian menyalurkan program ini untuk kepentingan masyarakat di daerah pemilihannya masing-masing.
Termasuk dukungan dari anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Golkar, yakni Hj. Wenny Haryanto, yang menyerap beberapa unit BLKK di Kota Bekasi dan Kota Depok. Salah satunya pembangunan BLKK di Pondok Pesantren Manabi’ul Ulum, Kelurahan Mustikajaya, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi.
Saat meninjau lokasi bangunan BLKK Pondok Pesantren Manabi’ul Ulum, Tenaga Ahli Komisi IX DPR RI Huda Sulistio menjelaskan tahap pembangunan gedung BLKK Jurusan Bahasa ini sudah rampung seratus persen.
“Tinggal menunggu pengadaan sarana pendukung atau perangkat yang dibutuhkan untuk keberlangsungan operasional BLKK, selanjutnya siap untuk dipergunakan,” paparnya, Senin (23/5/2022) lalu.
Menurut pria akrab disapa Gus Huda ini pembangunan BLKK yang ada di Kota Bekasi merupakan hasil penyerapan aspirasi Hj. Wenny Haryanto selaku anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Golkar.
“Untuk Kota Bekasi ada lima unit BLKK, dua unit sudah beroperasional, sedangkan tiga unit tinggal menunggu sarana pendukung kegiatan pelatihan,” tuturnya.
Huda menyatakan keberadaan BLKK Jurusan Bahasa di Pondok Pesantren Manabi’ul Ulum bisa menjadi percontohan pondok pesantren yang mencetak santri-santri yang menguasai beragam bahasa asing.
“Keterampilan berbahasa asing menjadi nilai tambah bagi para santri ketika menghadapi persaingan saat melamar pekerjaan, sehingga BLKK Jurusan Bahasa ini bisa menjadi pilot project untuk lembaga pendidikan keagamaan yang melahirkan santri berkualitas dan fasih berbahasa asing,” ungkapnya.
Huda optimis BLKK ini bisa beroperasional dalam waktu dekat untuk mencetak generasi penerus bangsa yang memiliki akhlak dan kaya akan keterampilan atau keahlian. “Hal ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi pengelola pondok pesantren untuk menarik minat masyarakat agar tidak ragu lagi mendaftarkan anak-anaknya ke pondok pesantren,” pungkasnya.(RON)