KOTA BEKASI – Aktivis senior Nyimas Sakuntala Dewi yang juga alumni GMNI menyayangkan adanya oknum ASN Pemkot Bekasi yang diduga Intoleran.
“Sangat disayangkan seorang ASN bisa melakukan seperti itu, harusnya bisa jadi contoh, kalo ada ASN berbuat seperti itu, sungguh dibuat nalar,” ucap Nyimas, Minggu (23/09/24).
Dirinya mempertanyakan kredibilitas oknum ASN tersebut, apakah paham dengan arti Pancasila yang merupakan pedoman pokok Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
“Apakah ASN ini paham dengan artinya toleransi, paham tidak dengan Pancasila, kalau memahami agama yang dia anut benar, tidak akan seperti ini,” tanya Bunda Nyimas.
Maka dari itu, dirinya meminta Pj. Walikota Bekasi Raden Gani Muhamad untuk melakukan pembinaan kembali kepada ASN Pemkot Bekasi agar paham, arti dari toleransi.
“Harus ada pembinaan lagi kepada ASN agar lebih paham apa makna dari Pancasila. Saya rasa untuk masalah toleransi, itu sudah selesai di zaman Rahmat Effendi, tiba-tiba ada ASN seperti ini, ini menjadi pertanyaan bagi kita semua,” tegas Bunda Nyimas.
Lanjut dia, terkait masalah ” Toleransi ” tidak cukup dinyatakan sebagai hasil pergumulan dan perjuangan dua pemimpin Kota Bekasi ( Bapak M2 & Bapak Pepen ) semata.
Perjuangan 2 tokoh yang telah berhasil meletakan dasar-dasar prinsip toleransi dalam kehidupan kebangsaan dan kemasyarakatan di Kota Bekasi tidak harus berhenti dan dianggap selesai. Tetapi, menurut Nyimas, seharusnya senantiasa dihidupkan dan dipertahankan oleh penerusnya.
“Jadi perjuangan untuk menegakkan prinsip toleransi dalam realita kebangsaan kita, harus senapas dengan perjuangan menegakan Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidup bangsa,” ujarnya.
“Tanpa toleransi, Pancasila hanyalah sebagai jargon politik tanpa makna. Implementasi nilai toleransi harus dipahami sebagai bagian dari perjuangan kita sebagai anak bangsa untuk mempertahankan keutuhan kebangsaan kita. Toleransi harus terus digaungkan dan dihidupkan dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara kita,”imbuhnya.
Dia mengungkapkan, sikap “Intoleran” oknum ASN di kota Bekasi, memperlihatkan bahwa Pemerintah Kota Bekasi ( sebagai Penerus M2 & Pepen ) telah gagal membina aparatnya.
“Ini menunjukan bahwa kepemimpinan Pasca M2 dan Pepen telah gagal mempertahankan dan menumbuhkembangkan sikap toleransi dalam ruang lingkup Birokrasi/ ASM di Kota Bekasi. Sikap intoleran ASN itu memberi sinyal bahwa sesungguhnya kondisi masyarakat Kota Bekasi saat ini tidak baik-baik amat. Semoga ini hanya sekedar riak-riak menjelang hajatan Pilwalkot/Pilkada Kota Bekasi,” pungkasnya.(**)