Kota Bekasi Waspada DBD, Kadinkes Sebut Kejadian Saat ini Belum Masuk KLB

Ilustrasi.(ist)

BEKASI SELATAN – Memasuki tahun 2019, Kota Bekasi waspada wabah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Pasalnya, bulan Januari kasus DBD yang sangat menghantui warga Kota Bekasi, tidak tanggung-tanggung selama bulan ini saja jumlah penderita DBD mengalami kenaikan signifikan dibandingkan Januari tahun lalu.
Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi sebut siklus wabah DBD itu terjadi di awal musim penghujan. Seharusnya, kata Rahmat Effendi preventif dan kuratif di Puskesmas dan lembaga pemerintah untuk sosialisasikan budaya hidup bersih serta memanfaatkan sarana prasarana yang ada untuk antisipasi terjangkitnya DBD.
Dikatakan, terjadinya wabah DBD bukan disebabkan persoalan kurang efektifnya program pemberatasan sarang nyamuk di kota Bekasi, tapi tidak terlepas dari prilaku masyarakat dalam mengelola lingkungan.
“Yang namanya wabah dan persoalan lingkungan tidak terlepas dari prilaku diri sendiri. Kalau perilaku kita setiap tahun dirubah dengan baik tentunya bisa meminimalis,” ujar Ramat Effendi usai melakukan sertijab Sekda Kota Bekasi, kemarin.
Menurutnya, Kasus DBD akan sulit dihilangkan dan hanya bisa diantipasi penyebarannya. “Kalau hilang (DBD) gak mungkin, pasti ada, namanya juga penyakit, tetapi preventif dan persiapan ketika itu terjadi itu yang harus dilakukan,” imbuhnya.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tanti Rohilawati mengatakan selama bulan Januari 2019 kasus DBD di Kota Bekasi mengalami kenaikan secara signifikan di bandingkan tahun lalu.
“Ada kenaikan signifikan, Januari 2019 yang positif 75 orang terkena DBD, padahal 2018 hanya ada 49 kasus DBD selama Januari. Kita harus antisipasi jangan sampai kasus DBD di Kota Bekasi terus bertambah,” kata Tanti Rohilawati.
Meski Demikian, Tanti sebut naiknya kasus DBD di bulan Januari belum bisa dikatakan masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB). Karena, menurutnya kejadian saat ini belum dua kali lipat kejadian kasus DBD tahun sebelum di bulan yang sama.
“Jadi ini belum masuk KLB, dikatakan KLB itu dua kali lipat daripada bulan yang sama ditahun sebelumnya,” cetusnya.
Dikatakan, untuk menanggulangi kasus DBD, Dinkes akan melakukan langkah-langkah antisipasi seperti giat pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan membuat ovitrat yaitu Gerakan Seribu Ovitrat (Geselat).
Khusus ovitrat, kata Tanti, Dinkes akan perintahkan Puskesmas untuk berdayakan masyarakat untuk membuat ovitrat agar bisa menekan terjangkitnya DBD.(RON)