CIKARANG – Ketua Dewan Pembina Pembudidaya Ikan Patin Kabupaten Bekasi, Sarim mengungkapkan, olahan kudapan dari ikan patin merupakan potensi yang belum tergali.
Potensi patin menjadi olahan kudapan sangat berpeluang menjadi bisnis ditengah ribuan perusahaan industri. Sebab Kabupaten Bekasi belum memiliki makanan khas yang bisa di bawa sebagai oleh-oleh.
Beberapa olahan makanan seperti krupuk, bakso, siomay hingga kripik pernah di buat, sejumlah restoran dan rumah makan banyak yang memesan kudapan tersebut.
“Tetapi barang tersebut kembali langka karena para pembudidaya ikan patin di Kabupaten Bekasi masih fokus pada pembesaran ikan, kemudian menjualnya ke pasar hingga restoran dan rumah makan,” singkat Sarim membuka kisahnya seputar pengolahan ikan patin.
Sarim mengatakan pelaku bisnis ikan patin merasa belim diperhatikan pemerintah daerah. Kedepannya pemerintah dan dewan harus melakukan pembinaan bagi masyarakat yang tak terserap tenaga kerja di perusahaan.
“Salah satunya menjadi pengusaha pengolah makanan dari bahan dasar ikan patin,” tutur Sarim yang juga anggota dewan asal Fraksi Golkar terpilih untuk periode 2014-2019.
Meski pemerintah tak berperan banyak dalam mensosialisikan makanan tersebut, namun Sarim optimistis kudapan patin bisa sukses seperti layaknya pepes patin.
“Dua tahun lalu banyak restoran dan rumah makan yang tak bersedia mengelola ikan patin, karena warna daginya yang merah. Ada anggapan jika daging ikan merah bukan ikan segar,” ujarnya.