Nilai rupiah terhadap US dolar terus merosot. Hari ini rupiah terperosok ke angka Rp.11.633/ USD. Rupanya Dolar para Capres dan Cawapres yang ditukarkan untuk membayar tim sukses tidak menolong rupiah.
Satu satunya faktor penolong rupiah dalam tahun ini adalah utang luar negeri baik pemerintah maupun swasta. Bayangkan dalam triwulan I 2014 utang luar negeri Indonesia telah bertambah US$ 11,283 atau sekitar Rp. 130,885 Triliun.
Pada tingkat kurs yang berlaku sekarang utang swasta bertambah Rp. 50,105 trilun dan utang pemerintah bertambah Rp. 80,780 trilun, hanya dalam 3 bulan pertama 2014.
SBY menjadikan utang luar negeri sebegai penolong ekonomi dari kebangkrutan. Perekonomian Indonesia terus didera oleh deficit yang besar. Triwulan I 2014 defisit transaksi berjalan mencapai 2,06 % PDB. Krisis transaksi berjalan bertambah parah sejak akhir 2011 lalu.
Hingga triwulan I 2014 utang luar negeri Indonesia menumpuk pada tingkata kurs yang berlakau sekarang mencapai Rp.3,207 ribu trilun. Hutang luar negeri yang besar ini akan menjadi beban yang besar bagi rakyat yang akan terus diperah oleh pemerintahan hasil pemilu 2014.
Para Capres bahkan secara serentak berjanji mencabut subsidi BBM setelah mereka berkuasa nanti. Tentu anggaran pencabutan subsidi ini akan digunakan untuk membayar bunga dan cicilan utang yang semakin besar. Capres Jokowi bahkan secara tegas menyebutkan akan mengurangi subsidi BBM Rp 60 triliun setahun.
Meskipun seluruh subsidi dihabisi, dan rakyat diperas hingga tulang sum-sum dengan berbagai bentuk peningkatan pajak, cukai dan pungutan seperti oleh BPJS, LPS, dan oleh OJK, namun rezim ekonomi Indonesia tidak tertolong.
Imperialis jauh lebih pintar melipatgandakan utang luar negeri Indonesia dengan terus menyerang mata uang rupiah sebagai mata uang paling rawan dan tetap menjadikan Presiden Indonesia sebagai pesuruh yang paling setia.
Oleh : Salamuddin Daeng (Indonesia for Global Justice)