Dinas Kesehatan Terapkan Teori Pentahelix Untuk Eliminasi TBC di Jawa Barat

BANDUNG – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat memberi perhatian serius terhadap upaya penanggulangan Tuberkolosis atau TBC menuju eliminasi TBC 2030. Bahkan Dinkes Jawa Barat menerapkan teori pentahelix untuk mewujudkan program eliminasi TBC tersebut.

Hal tersebut dikemukakan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dr. R. Nina Susana Dewi dalam acara Koordinasi Lintas Program Lintas Sektor Untuk Penanggulangan Tuberkolosis di Provinsi Jawa Barat. Bagi dr. Nina, pentahelix merupakan senuah teori yang diterapkan guna menggaungkan dan berkerja bersama dalam program penanggulangan TBC.

“Ini kita mencoba bergerak cepat dengan sistem pentahelix. Pasalnya setelah kita tertinggal karena dampak pandemi, maka kita harus bergerak lebih cepat dengan melibatkan semua unsur, yakni Academic, Business, Community, Government, dan Media atau ABCGM,” tegas dr. Nina Susana Dewi di Hotel Savoy Homan, Kota Bandung, Selasa, 21 Juni 2022.

Bagi Nina, Jawa Barat harus serius dalam menanggulangi TBC. Pasalnya, Jawa Barat selalu menempati urutan pertama untuk angka kasus penemuan TBC di Indonesia. Hal itu tentu saja berpengaruh langsung pada data nasional. Sehingga penerapan teori pentahelix dianggap sebagai salah satu cara untuk mengurangi angka kasus TBC di Jawa Barat.

Dalam pertemuan tersebut, kata Nina, peserta mencoba melakukan identifikasi masalah tentang TBC di Jawa Barat. Pasalnya dari segi anggaran dan program, Jawa Barat tidak kekurangan bahkan terbilang banyak. Namun anehnya, temuan kasus di kabupaten dan kota di Jawa Barat masih saja rendah. Nina menduga, rendahnya temuan kasus di daerah mungkin akibat komitmen yang bergulir belum sampai ke perangkat bawah.

“Kita berharap di kabupaten dan kota membuat surat edaran terkait tim percepatan dan bagaimana penanggulangan hingga di tingkat paling bawah. Seperti sampai RT/RW atau paling tidak di Puskesmas-puskesmas. Atau mungkin sudah ada tapi tinggal memotivasi dan menjaga semangatnya yang penting,” ujarnya lagi.

Masih terkait dengan komitmen, Nina mencontohkan tentang pelaporan kasus yang hingga saat ini dinilai masih belum terlihat kompak. Seperti pelaporan kasus di Puskesmas-puskesmas yang sudah diangka 99% dan rumah sakit diangka 80%. Namun ketika melihat pelaporan dari rumah sakit swasta, klinik dan praktek dokter, itu masih di bawah angka 10%.

“Jadi angka temuan sangat jomplang, sehingga pada saat pertemuan kami dari Dinkes sempat mengusulkan untuk menyimpan operator yang bisa melaporkan dan mengimput data soal temuan kasus TB dari mereka,” kata Nina.

Bagi Nina, 2030 masih tersisa sekira 8 tahun. Dengan teori pentahelix, ia optimis, Jawa Barat bisa mengurangi angka kasus TBC. Asalkan semua pihak bisa berkontribusi penuh dan bergerak bersama dalam mewujudkan gerakan penanggulangan penyakit yang disebabkan bakteri tersebut.

“Kita sadar, jika dilakukan kesehatan saja, itu efeknya sedikit. jika semua unsur terlibat, maka efeknya akan lebih terasa,” pungkasnya.

Sementara pantauan heraldjabar, dalam pertemuan tersebut Dinkes Jabar mengundang seluruh OPD di tingkat provinsi di Jawa Barat. Dinkes juga melibatkan unsur forkopimda, seperti TNI, Polri, Kejaksaan Tinggi, Pengadilan Tinggi. Selain itu, turut hadir, perwakilan lembaga pendamping untuk penanggulangan TBC, tokoh masyarakat, media serta akademisi.

Di akhir pertemuan, peserta kemudian membubuhkan tanda tangan sebagai bagian dari komitmen dalam mewujudkan gerakan “Jabar Juara Eliminasi TBC 2030”.(jie)