KOTA BEKASI – Pemerintah Kota Bekasi mendapatkan tawaran investasi dari pihak swasta terkait infrastruktur transportasi masyarakat yang ramah lingkungan dengan biaya pembangunan yang terjangkau. Alat transportasi ini disebut Aeromovel yang sepintas mirip monorel, tapi keretanya digerakkan dengan teknologi wind blower (hembusan angin). Penawaran ini disampaikan perwakilan dari PT Cakar Bumi Integrasi (CBI) Siswanto yang hadir bersama satu konsorsium proyek transportasi massal dan bertemu Wakil Walikota Bekasi, Ahmad Syaikhu, Selasa, (10/6/2014) di Kantor Walikota Bekasi.
Menurut Siswanto, Aeromovel merupakan sistem transportasi massal yang lebih terjangkau pembiayaannya dan lebih efisien dibandingkan dengan moda transportasi lainnya. Ia juga menjelaskan, Aeromovel memakai teknologi hembusan dan tekanan angin yang tidak membutuhkan lahan yang luas untuk pengerjaannya.
Bentuk nyata armada massal tersebut bisa dilihat saat ini karena letaknya berada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. Kendaraan monorel buatan Brazil itu, ungkap dia, sudah bertahan selama 25 tahun lebih di TMII, tapi masih layak digunakan karena ramah lingkungan dan mudah perawatannya. “Waktu di TMII, 25 tahun lalu, pengerjaannya dilakukan selama 8 bulan, saat malam hari dan tidak boleh menebang pohon. Alat ini bertahan hingga sekarang. Teknologi ini juga sudah dikembangkan di Brazil dan diaplikasikan disana. Aeromovel telah ada sejak generasi ke tiga yang lebih canggih dan efisien. Selain, membantu kelancaran perhelatan Piala Dunia di Brazil tahun 2014,” paparnya kepada beritabekasi.co.id.
“Teknologi ini adalah sesuatu yang ingin kita lakukan di Kota Bekasi dan merupakan kota dengan pemukiman serta penduduknya lebih dari satu juta jiwa. Kami berharap Aeromovel menjadi Pilot Projek perbaikan transporasi perkotaan. Bahkan, Aeromovel bisa dikatakan murah untuk biaya perawatannya,” tambah Siswanto.
Siswanto memprediksi, untuk anggaran yang dibutuhkan untuk operasional aeromovel di Kota Bekasi mencapai Rp. 2 triliun. “Biaya pengerjaan dan sarana aeromovel sepanjang 12 Km sekitar Rp. 2 Triliun. Nilai ini lebih terjangkau dibanding MRT DKI Jakarta sejauh 40 Km dengan biaya Rp. 1 Triliun per 1 Km,” paparnya.
Ia menambahkan, besaran anggaran ini diproyeksikan cukup untuk membangun lintasan rel sepanjang 12 kilometer yang membentang melintasi Perumahan Kota Harapan Indah-Kawasan Summarecon-Perumahan Kemang Pratama. Lintasan rel aeromovel tersebut akan mengitari tiga kecamatan diantaranya Kecamatan Medan Satria, Bekasi Barat, dan Bekasi Selatan.
“Aeromovel akan memakai sedikit lahan dan ramah lingkungan. Kami pun menaksir dalam setahun pembangunan, sistem transportasi ini dapat difungsikan. Selain itu rencana pembangunan ini pun akan disinergikan dan tidak bentrok dengan perencanaan tranportasi dari pemerintah pusat dan daerah,” tambahnya.
Justru kata dia, armada yang digerakkan dengan hembusan angin ini, bisa disinergikan dengan moda transportasi lainnya seperti busway dan Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB), serta angkutan massal lainnya. “Kami perkirakan, masyarakat hanya akan membayar Rp. 10 ribu per orang untuk melakukan perjalanan aeromovel. Tapi tarif itu tergantung kajian nanti di lapangan baik faktor ketersediaan angkutan lainnya dan faktor sosial kemasyarakatan,” jelasnya.
Dituturkan Siswanto, jumlah anggaran tersebut juga mencukupi untuk pengadaan 25 rangkaian aeromovel yang setiap harinya sanggup mengangkut hingga 250 ribu penumpang. Pihaknya juga menggandeng satu konsorsium lembaga keuangan internasional untuk membiayai pengerjaan infrastrukur hingga tahap perawatan apabila dicapai kerjasama dengan Pemkot Bekasi. “Bila kesepakatan tercapai pada waktu mendatang dan melakukan beberapa kajian dan perencanaan yang matang, konsorsium ini siap memberikan pembiayaan yang berbasis syari’ah,” beber Siswanto.
Mendengar penawaran yang baik ini, Syaikhu berharap kepada jajarannya agar melakukan pendalaman tentang nota kesepahaman terakait bentuk apa saja yang bisa dikerjasamakan. Hal ini menjadi pertimbangan di rapat intern pemerintah untuk disampaikan kepada Walikota Bekasi, Rahmat Effendi. Hal kedua yang disampaikannya, pengkajian terhadap pengerjaan alat transportasi ini sebaiknya juga disinergikaan dengan instansi terkait lainnya. Disebutkannya, bersinergi dengan Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga dan Tata Air, Dinas Tata Kota, dan khusus terkait pemanfaatan fasos fasum aset daerah sebagai jalur yang dilewati Aeromovel berkoordinasi dengan Badan Pengelolaan dan Aset Daerah Kota Bekasi. “Semoga rencana yang baik ini menjadi salah satu solusi mengatasi permasalahan transportasi Kota Bekasi seperti halnya kemacetan,” harap Syaikhu.
Dalam pertemuan tersebut, Syaikhu didampingi oleh Asisten Daerah Bidang Pembangunan dan Kemasyarakatan (Asisten II), Aceng Solahudin, Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi, Dadang Hidayat, Kepala Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bekasi, Reny Hendrawati, Kepala Bagian Kerjasama dan Investasi Setda Kota Bekasi, Kariman serta para pemangku jabatan lain terkait yang hadir. (Wok)