BERITABEKASI.CO.ID, JAKARTA – Pemilu Presiden 9 Juli 2014 seharusnya menjadi momentum paling tepat bagi rakyat Indonesia untuk memilih pemimpin nasional, yang dianggap paling mampu membawa ke arah perubahan dan lompatan berarti bagi masa depan rakyat dan Indonesia. Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Jaringan Anak Nusantara (JARANAN) Nanang Djamaludin.
Menurutnya, sepanjang masa kampanye yang berlangsung sebulan terakhir ini, banyak diramaikan dengan kegaduhan politik berupa beragam isu, tuduhan, fitnah, dan saling menjelekkan antar pendukung kedua kubu capres-cawapres yang berkontestasi, baik itu di dunia nyata maupun di media sosial. Hal tersebut ternyata masih berlangsung di minggu tenang, yang tentunya amat disayangkan, khususnya bagi para perindu tegaknya kedewasaan dan keadaban politik di negeri ini.
Sebab, lanjutnya, amat mungkin informasi fitnah dan saling menjelekkan antar pendukung kedua kubu, berpotensi membentuk cara pikir dan cara tindak yang buruk bagi remaja, baik yang belum punya hak pilih maupun sudah, yang kebetulan membaca, mendengar dan berada di tengah serbuan informasi tersebut.
“Sebuah pendidikan politik yang sangat buruk dan berskala luas bagi proses perkembangan kedewasaan dan keadaban politik anak-anak remaja kita bukan?” katanya melalui siaran persnya kepada redaksi, Selasa (8/07/2014).
Ia menegaskan, penting pula bagi para orangtua menjadikan pilpres 2014 kali ini sebagai momentum yang baik, memberikan pendidikan politik yang substansial kepada anak-anaknya yang beranjak remaja. Baik itu orangtua yang berkategori partisan, massa mengambang, swing voter, maupun golput. Baik itu terhadap anak remajanya yang belum punya hak pilih maupun sudah.
“Hal itu penting, terlebih jika sebelumnya orangtua tidak atau belum sempat memberikan pendidikan politik subtansial kepada anaknya. Dan institusi sekolah pun demikian teledornya atas hal itu,” kata dia.
Pendidikan politik yang substansial itu penting guna membangun pemahaman politik yang baik dan benar pada diri anaknya. Penyampaiannya dilakukan dalam suasana santai penuh keakraban bersama anak di rumah.
Dan yang terpenting adalah muaranya, yakni ke arah persemaian pemahaman politik berbasis nilai kebangsaan, sebagai nilai yang mampu memayungi beragam kepentingan identitas lain yang mungkin jauh lebih sempit. Juga rangsangan agar anak memiliki imaji politik, bahwa dirinya bagian anak bangsa yang diharapkan mengambil peran dalam upaya pencapaian cita-cita nasional, yang mulia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 rumusan para founding fathers.
Orangtua bisa menyampaikan kepada anak remajanya, baik yang sudah punya hak pilih maupun belum, tentu dengan anda mengembangkan narasinya, seperti:
Pertama, tujuan politik sebermula sekali mulia harus dipraktekkan secara mulia pula. Sebab politik yang meraih dan menggunakan kekuasaan secara bermartabat, lalu menggunakan kekuasaaan untuk tujuan mengabdi pada kepentingan orang banyak guna mencapai kemaslahatan bersama, itulah sebaik-baiknya politik. Sehingga figur politik dan parpol yang baik tak sekedar yang bertujuan mulia secara verbal dan tekstual.
“Tapi juga yang berpraktek politik sebermula secara mulia dalam lintasan waktu yang dilalui figur politik maupun parpol tersebut,” katanya.
Dengan kata lain, agenda politik mulia yang dimiliki oleh figur politik maupun parpol, harus senantiasa ditopang praktek politik dan keterampilan politik yang mulia dari yang bersangkutan. Sehingga untaian rekam jejak yang tercipta pun akan terasa sebagai kemuliaan.
Kedua, Pilpres merupakan pesta demokrasi yang tak sekedar momentum perekrutan presiden-wakil presiden yang lebih amanah, berkualitas, yang rekam jejak dan komitmennya teruji. Tapi juga momentum melakukan koreksi total atas kekeliruan yang selama ini berlangsung, untuk kemudian mengembalikannya ke arah jalan yang benar sesuai cita-cita nasional sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
Ketiga, setiap kontestasi politik demokrasi, tak terkecuali Pilpres, maka menang ataupun kalah merupakan keniscayaan politik. Proses menuju kemenangan haruslah disiapkan dan dilakukan dengan cara-cara terpuji dan bermartabat. Saling serang dengan melancarkan fitnah, saling bully, saling melempar rekayasa isu-isu dan rekayasa fakta yang melenceng dari kebenaran, merupakan aib pilitik sesungguhnya.
Demikian juga membalas fitnah dengan fitnah lain atau dengan kekerasan terhadap pihak yang diduga memfitnah, bukanlah tindakan bermartabat. Justru mendorong mekanisme penegakkan hukum, agar bekerja memproses dan menyelesaikan isu-isu fitnah yang merugikan orang lain. Itulah pertanda politik dan demokrasi kita berada pada arah yang bermartabat.
“Terlepas dari itu, memang sektor penegakkan hukum kita harus terus diperkuat untuk mengimbangi pertumbuhan praktek demokrasi yang bercampur dengan rekayasa informasi, fakta palsu dan fitnah. Sebab, bagaimanapun proses menuju wibawa hukum di negeri ini harus terus disempurnakan,” paparnya.
Lalu terkait Pilpres 9 juli 2014, JARANAN menyerukan kepada para orangtua yang memiliki anak yang sudah punya hak pilih, dan para remaja pemilih pemula, untuk memilih Capres dan Cawapres yang memiliki perspektif yang kuat pada agenda-agenda perlindungan anak. Hal ini penting agar kebijakan politik yang tak berperspektif perlindungan anak dan abai atas jangkauan terjauh atas masa depan kehidupan anak Indonesia, yang terus saja berlangsung selama ini, dapat terkoreksi lewat pilihan suara yang tepat.
Kriteria capres-cawapres yang berperspektif perlindungan anak yang kuat, yang dirumuskan JARANAN, adalah sebagai berikut:
1. Berkomitmen kuat, yang getaran komitmen itu terasakan secara lahir dan batin, untuk menjadikan masa depan bumi Indonesia sebagai tempat ternyaman, teraman, teramah, terlayak dan lestari-berkelanjutan bagi anak-anak Indonesia di masa kini dan di masa depan.
2. Berkomitmen kuat menjamin pemenuhan hak-hak anak Indonesia secara keseluruhan dan membangun sistem perlindungan anak yang tangguh.
3. Berkomitmen kuat mendorong munculnya kebijakan pelayanan publik dan fasilitas publik yang berkualitas agar mampu menopang tumbuh-kembang anak Indonesia secara optimal.
4. Berkomitmen kuat mendorong tumbuhnya kreativitas dan partisipasi anak pada lingkungannya bisa berjalan baik.
5. Berkomitmen kuat membangun lahirnya sistim pendidikan ramah anak dan berbasis multiple intelligece.
6. Berkomitmen kuat memperhebat gerakan pemberantasan anti korupsi, sebab korupsi itu secara langsung dan maupun tidak akan menjadi malapetaka atau setidaknya mempengaruhi aspek-aspek yang ada pada kehidupan anak di masa kini dan di masa depan.
7. Berkomitmen kuat menghentikan segala kebijakan eksploitasi berlebihan atas kekayaan alam Indonesia, seraya memulai penerapan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Sebab, eksploitasi berlebih akan mewariskan kehancuran bagi anak-anak Indonesia di saat ini dan nanti.
8. Berkomitmen kuat memperhebat desakan pemberantasan narkoba yang mengancam kehidupan masa depan anak-anak Indonesia.
9. Berkomitmen kuat memperjuangkan pengurangan dan penghapusan utang luar negeri yang membebani anak-cucu kita, yang menciptakan ketergantungan pada asing dan tergadainya kemandirian bangsa. [bam]