CIKARANG – Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Agus Trihono mengatakan, sosilasisai jejaring pengawasan pangan ini nantinya dilapangan tentu melibatkan dari semua unsur, ada guru, Dinkes, dan dinas lain ikut di dalamnya.
“Fokus kita hanya lingkungan sekolah SD saja, karena kita tau dari anggka-angka yang ada tingkat keracunan makanan lebih sering di sekolah dasar,” katanya.
Oleh sebab itu, jejaring pangan ini merupakan pembekalan kepada mereka yang diawasi dalam peredaran pangan ini, khsusunya pangan asal tumbuh-tumbuhnan
Pada kesempatan ini mereka diberikan pembekalan teknik bagaimana cara pengambilan sample, pengawasan dan tingkat kadarluarsa makanakan di lapangan.
“Tim bertanggungjawab kepada kepala dinas, terkait apa yang sudah dijalankan oleh tim,” jelasnya.
Tentunya Dinas Kesehatan kalau ada yang keracunan DKP akan minta laporan penyebab keracunan dari Dinkes apakah dari kimia ataukah dari mikro organisme.
“Nanti baru kita ambil tindak lanjutnya kalau dia bahan kimia maka pihak kepolsiian bisa bertindak sejauh mana penggunaan bahan kimia ini membuat keracunan bahkan sampai kematian,” katanya.
Tim ini sudah dibentuk oleh DKP, dan tugas mereka bertugas dititik yang dianggap rawan. Daerah yang rawan di Kabupaten Bekasi ada 7, dan mereka kadar pangan harus memberikan informasi pada masyarakat luas.
“Salah satu titik rawan itu di Muaragembong, disitu ada satu desa yang indikatornya distribusi pangan kurang, toko kurang, kesehatan kurang, tenaga dokter kurang, nilainya semua rendah dari 9 indikatornya,” jelasnya.